Selasa, 22 Desember 2009

praktikum hukum ohm

1. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Hukum Ohm semulanya terdiri atas dua bagian. Bagian pertama tidak lain ialah definisi hambatan, yakni V= IR. Sering hubungan ini dinamai hukum ohm. Akan tetapi, ohm jugamenyatakan, bahwa R adalah suatu konstanta yang tidak bergantung pada v maupun I. Bagian kedua huku ohm ini tidak seluruhnya benar. Hubungan V=IR dapat diterapkan pada resistor apa saja, dimana V adalah beda potensial antara kedua ujung hambatan, dan I adalah arus yang mengalir didalamnya, sedangkan R adalah hambatan (Resistensi) Resistor tersebut. ( Bueche )
Hambatan suatu pengantar terhadap aliran muatan disebabkan oleh benturan yang sering terjadi antara elektron-elektron yang bergerak dengan atom-atom stasioner. Bila beda potensial diterapkan sepanjang kawat medan elektrik yang ditimbulkan menerapkan kakas pada setiap elektron didalam kawat. ( Cromer, 1994 )

1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui arus dan tegangan yang mengalir.
Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan tahanan suatu penghantar dan kuat arus dan tahanan dalam suatu rangkaian dengan menggunakan prinsip hukum ohm.

1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum fisika dasar tentang hukum ohm ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 8 Desember 2009. Pukul 07.00 – 09.00 WIB.
Praktikum fisika dasar tentang hukum ohm ini dilaksanakan di laboratorium Ilmu-ilmu Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.



2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Hukum Ohm
Hubungan antara tegangan arus dan hambatan ini disebut hokum Ohm.Ditemukan oleh George Simon Ohm dan dipublikasikan pada sebuah paper pada tahun 1820. The Galvanic Circuit Investigated Mathematically. Prinsip Ohm ini adalah besarnya arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar metal pada rangkain, Ohm menentukan sebuah persamaan yang simple menjelaskan hubungan antara tegangan, arus dan hambatan yang saling hubungan
E=I.R
I=E/R
R=I/E
• Keterangan :
Arus dinyatakan dengan Ampere, bersimbol I
Hambatan dinyatakan dengan ohm, bersimbol R
Tegangan dinyatakan dengan volt, bersimbol V atau E
(Anonymous,2004).
2.2 Hukum Kircouff
Hukum ini dapat dinyatakan sebagai :
1. Jumlah aljabar arus sesaat yang measuki titik cabang adalah nol.
2. Jumlah aljabar tegangan terpasang sesaat dalam suatu sosok tertutup sama dengan jumlah aljabar tegangan balik sesaat dalam sosok tersebut.
Arti dari hukum yang pertama jelas jika arus yang menuju ketitik cabang disebut positif maka arus yang berlawanan arahnya harus disebut negative, dan hukum tersebut menyatakn bahwa besarnya arus yang memasuki titik cabang sama dengan besar arus yang meninggalkannya. Pada dasarnya hokum kedua menyatakan integral medan listrik disekeliling sosok, namun kita perlu menetapkan perjanjian tanda. Perjanjian ini dapat dirumuskan:
Q=Stto I (t) dt
2.3 Hambatan jenis
Hambatan merupakan sifat ssasaran bahan yang bersangkutan, dan bergantung hanya pada sifat bahan penyussun maupun geometernya. Sebaliknya kehambatan hanya bergantung pada sifat bahan penghantar. Penghantar yang bentuknay mudah yang dicairkan terutam oleh hambatannya disebut penghambat atau resistor biasanya dilambangkan dengan. Penghambat dapat dihubungkan dengsan satu yang lain mermbentuk jaringan hambatan.
Hambatan seri R : R1 + R2
Hambatan pararel 1/R : 1/R1 + 1/R2
(Reitz, 1994)
2.4 Rangkaian Seri






R = R₁ + R₂ + ....Rn ∆V₁ = R₁ . I
V = V₁ + V₁ + ....Vn Jadi ∆V₂ = R₂ . I
I = I₁ + I₁ +....In ∆V₃ = Rn . I
Dalam rangkaian seri, tahanan-tahanan tersebut dihubungkan sedemikian rupa seperti pada gambar sehingga arus I yang sama mengalir pada setiap tahanan. Pada rangkaian seri kuat arus (I) yang melalui masing-masing tahanan yang besar tegangan (V) berbanding terbalik dengan hambatan (R). Hal ini sesuai dengan hukum ohm. (Finn, 1994)
Kebanyakan rangkaian listrik tidaklah hanya terdiri dari beberapa sumber tegangan dan resistor yang dihubungkan seri. Tiap muatan yang sama di R₁, akan melalui R₂ dan R₃ juga hingga arus yang melalui R₁, R₂, R₃ haruslah sama. (Sutrisno, 1979)

2.5 Rangkaian Paralel

















3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum fisika dasar tentang hukum ohm adalah :
• Power Supply : sebagai sumber arus listrik yang
digunakan.
• Amperemeter : untuk mengukur tegangan yang mengalir
dalam rangkaian listrik.
• Lampu : sebagai indikator adanya arus listrik yang
mengalir dalam rangkaian listrik.
• Resistor atau
Tahanan geser : digunakan sebagai hamabatan pada arus
listrik yang mengalir.
• Kabel Penghubung : untuk menghubungkan kutub positif dan
kutub negatif dalam rangkaian listrik.
• Penjebit Buaya : untuk membantu menjebit kabel agar arus
listrik tetap mengalir.



















3.2 Skema kerja
Disiapkan alat-alatnya seperti penjepit buaya, power supply volmeter, amperemeter, lampu, kabel penghubung, resistor





Diatur rangkaian seri Diatur rangkaian paralel



Dipastikan stop kontak dalam keadaan ON


Dinaikan tegangan dari nilai minimum sampai maximum yaitu dari 7,5 V sampai 9 V secara bergantian


Diatur resistor suatu rangkaian secara berturut-turut dari 0,1 Ω, 0,22 Ω, 0,33 Ω, 0,5 Ω dan 1Ω


Dicatat nilai yang diberikan oleh amperemeter dan voltmeter


Hasil


3.3 Gambar Rangkaian
• Rankaian Seri
1 2 3 4 5


• Keterangan Gambar :
1. Power Supply
2. Resistor
3. Voltmeter
4. Amperemeter
5. Lampu

• Rangkaian Paralel
1 2 3 4 5




• Keterangan Gambar :
1. Power Supply
2. Resistor
3. Voltmeter
4. Amperemeter
5. Lampu


















4. PEMBAHASAN


4.1 Data Pengamatan
• Rangkaian Seri
No Tegangan
Sumber (V) Resitor
(Ω) Voltmeter
(V) Amperemeter
(A) Nyala Lampu
Lampu 1 Lampu 2
1 9 0,1 5 2,2 Terang Mati
2 9 0,22 4 2,2 Merang Mati
3 9 0,33 4 2,2 Terang Mati
4 9 0,5 3 2 Agak redup Mati
5 9 1 2 2,8 Redup Mati
1 12 0,1 6 2,8 Terang Redup
2 12 0,22 6 2,6 Terang Redup
3 12 0,33 6 2,6 Terang Redup
4 12 0,5 6 2,6 Terang Redup
5 12 1 5 2,4 Terang Redup

• Rangkaian Paralel
No Tegangan
Sumber (V) Resitor
(Ω) Voltmeter
(V) Amperemeter
(A) Nyala Lampu
Lampu 1 Lampu 2
1 7,5 0,1 2 2,2 Redup Mati
2 7,5 0,22 1 2,2 Redup Mati
3 7,5 0,33 1 2,2 Mati Mati
4 7,5 0,5 1 2 Mati Mati
5 7,5 1 1 2,8 Mati Mati
1 9 0,1 6 4,4 Terang Redup
2 9 0,22 6 4 Terang Redup
3 9 0,33 6 3,8 Redup Sangat Redup
4 9 0,5 6 3,6 Redup Redup
5 9 1 5 3,3 Mati Redup

4.2 Data Perhitungan
• Rangkaian Seri 9 V
 R₁ = = = 2,27 Ω
 R₂ = = = 1,81 Ω
 R₃ = = = 1,81 Ω
 R₄ = = = 1,5 Ω
 R₅ = = = 0,71 Ω
 ∑R = R₁ + R₂ + R₃ + R₄ + R₅
= 2,27 + 1,81 + 1,81 + 1,5 + 0,71 = 8,1 Ω
 ʀ̄ = = = 1,62 Ω
 │R₁ - ʀ̄│² = │2,27-1,62│² = 4,225 . 10⁻¹
│ R₂ - ʀ̄│² = │1,81 -1,62│² = 3,61 . 10⁻²
│ R₃ - ʀ̄│² = │1,81 -1,62│² = 3,61 . 10⁻²
│ R₄ - ʀ̄│² = │1,5 -1,62│² = 1,44 . 10⁻²
│ R₅ - ʀ̄│² = │0,71 -1,62│² = 8,281 . 10⁻¹
 ∑│ʀ̄ - ʀ│² = 1,34
 Ralat Mutlak (A)
A = = = 0,057
 Ralat Nisbi (I)
I = . 100% = . 100% = 0,035 . 100% = 3,5%
 Keseksamaan (K)
K = 100% - I = 100% - 3,5% = 96,5%
 Hasil Perhitungan
Hp₁ = ʀ̄ - A = 1,62 – 0,057 = 1,563
Hp₂ = ʀ̄ + A = 1,62 + 0,057 = 1,677

• Rangkaian Seri 12 V
 R₁ = = = 2,14 Ω
 R₂ = = = 2,31 Ω
 R₃ = = = 2,31 Ω
 R₄ = = = 2,31 Ω
 R₅ = = = 2,1 Ω
 ∑R = R₁ + R₂ + R₃ + R₄ + R₅
= 2,14 + 2,31 + 2,31 + 2,31 + 2,1 = 11,17 Ω
 ʀ̄ = = = 2,234 Ω
 │R₁ - ʀ̄│² = │2,14 - 2,23│² = 8,1 . 10⁻³
│ R₂ - ʀ̄│² = │2,31 – 2,23│² = 6,4 . 10⁻³
│ R₃ - ʀ̄│² = │2,31 – 2,23│² = 6,4 . 10⁻³
│ R₄ - ʀ̄│² = │2,31 – 2,23│² = 6,4 . 10⁻³
│ R₅ - ʀ̄│² = │2,1 – 2,23│² = 1,7 . 10⁻²
 ∑│ʀ̄ - ʀ│² = 4,43 . 10⁻²
 Ralat Mutlak (A)
A = = = 2,215 . 10⁻³

 Ralat Nisbi (I)
I = . 100% = . 100% =9,93 . 10⁻⁴ . 100% = 0,099%
 Keseksamaan (K)
K = 100% - I = 100% - 0,099% = 99,90%
 Hasil Perhitungan
Hp₁ = ʀ̄ - A = 2,23 – 2,215 . 10⁻³ = 2,27
Hp₂ = ʀ̄ + A = 2,23 + 2,215 . 10⁻³ = 2,232

• Rangkaian Paralel 7,5 Ω
 R₁ = = = 0,5 Ω
 R₂ = = = 0,31 Ω
 R₃ = = = 0,3 Ω
 R₄ = = = 0,36 Ω
 R₅ = = = 0,45 Ω
 ∑R = R₁ + R₂ + R₃ + R₄ + R₅
= 0,5 + 0,31 + 0,3 + 0,36 + 0,45 = 1,92 Ω
 ʀ̄ = = = 0,384 Ω
 │R₁ - ʀ̄│² = │0,5 – 0,384│² = 0,031
│ R₂ - ʀ̄│² = │0,31 – 0,384│² = 5,48 . 10⁻³
│ R₃ - ʀ̄│² = │0,3 – 0,384│² = 7,06 . 10⁻³
│ R₄ - ʀ̄│² = │0,36 – 0,384│² = 5,76 . 10⁻⁴
│ R₅ - ʀ̄│² = │0,45 – 0,384│² = 4,36 . 10⁻³
 ∑│ʀ̄ - ʀ│² = 0,031
 Ralat Mutlak (A)
A = = = 8,803 . 10⁻³
 Ralat Nisbi (I)
I = . 100% = . 100% =0,023 . 100% = 2,29%
 Keseksamaan (K)
K = 100% - I = 100% - 2,29% = 97,71%
 Hasil Perhitungan
Hp₁ = ʀ̄ - A = 0,384 – 8,803 . 10⁻³ = 0,375
Hp₂ = ʀ̄ + A = 0,384 + 8,803 . 10⁻³ = 0,392

• Rangkaian Paralel 9 V

 R₁ = = = 0,45 Ω
 R₂ = = = 0,25 Ω
 R₃ = = = 0,26 Ω
 R₄ = = = 0,27 Ω
 R₅ = = = 0,30 Ω
 ∑R = R₁ + R₂ + R₃ + R₄ + R₅
= 0,45 + 0,25 + 0,26 + 0,27 + 0,30 = 1,53 Ω
 ʀ̄ = = = 0,306 Ω
 │R₁ - ʀ̄│² = │0,45 – 0,306│² = 0,021
│ R₂ - ʀ̄│² = │0,25 – 0,306│² = 3,136 . 10⁻³
│ R₃ - ʀ̄│² = │0,26 – 0,306│² = 2,116 . 10⁻³
│ R₄ - ʀ̄│² = │0,27 – 0,306│² = 1,296 . 10⁻³
│ R₅ - ʀ̄│² = │0,30 – 0,306│² = 3,6 . 10⁻⁵
 ∑│ʀ̄ - ʀ│² = 0,028
 Ralat Mutlak (A)
A = = = 8,367 . 10⁻³
 Ralat Nisbi (I)
I = . 100% = . 100% =0,027 . 100% = 2,73%
 Keseksamaan (K)
K = 100% - I = 100% - 2,73% = 97,27%
 Hasil Perhitungan
Hp₁ = ʀ̄ - A = 0,306 – 8,367 . 10⁻³ = 0,297
Hp₂ = ʀ̄ + A = 0,306 + 8,367 . 10⁻³ = 0,314

















4.3 Analisa Prosedur
Pada percobaan fisika dasar tentang hokum ohm.langkah pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan,alat yang dibutuhkan adalahb power supply yang digunakan resistor digunakan sebagai hanbatan arus listrik yang digunakan dalam rangkaian listrik,voltmeter sebagai pengukur tegangan listrik,ampremeter sebagai arus listrik yang mengalir.,kabel penghubung sebagai penghubung kutuk positif dan negatif dalam rangkaian listrik dan penjepit bauya sebagai penjepit kabel agar arus listrik tetap mengalir.
Setelah alat disiapkan,langkah selanjutnya adalah merangkai rangkaian menjadi rangkaian seridan parallel.
a. Pada rangkaian seri
Dihubungkan sumber arus DC atas power supply, tahanan geser. Amperemeter, voltmeter membentuk suatu rangkaian seri , yang dimaksud rangkaian seri adalah bila salah satu kabel mpda lampu dilepas maka lampu satunya akan mati juga. Setelah itu nyalakan stop kontak dan pada power supply dengan memutar knop pada tegangan 9 volt. Kemudian diatur tegangan geser 0,1Ω dan diameter perubahan angka pada amperemeter dan voltmeter, serta diamati pula nyaladan perubahan nyala angka lampu dan dicatat hasilnya . Setelah itu ulangi lagi percobaaan di atas dengan tegangan 12volt dan hambatan yang masih sama. Baru setelah itu diganti dengan hambatan 0,22Ω, 0,33Ω, 0,5Ω, 0,1Ω dalam proses pergantian tegangan atau hambatan geser, matikan dulu power supply agar tidak tersebgat arus listrik.
b. Pada rangkaian parallel
Dihubungkan sumber arus DC / powersupply, tahanan geser, ampremeter dan voltmeter membentuk suatu rangkaian paralel, yang dimaksud = ud rangkaian paralel adalah jika salah satu kabel pada lampu tidak dihubungkan , maka lampu lainya tetap menyala. Kemudian kemudian stop kontak pada power supply ditekan tombol on lalu arus tegangan pada power supply dengan memutar knop pada tegangan 9volt. Kemudian atur tahanan geser pada 0,1Ω dan amati perubaahan pda voltmeter dan amperemeter, begitu juga nyala lampunya,setelah itu dicatat pada data hasil pengamatan.lalu ulangi lagi percobaan diatas dengan menggunakan tegangan 12volt dan hambatan yang masih sama. Setelah itu diganti dengan tahanan geser, matikan dulu power supply agar tidak tersengat arus listrik.

4.4 Analisa Hasil
Berdasrkan data hasil pengamatan dan perhitungan hasil pada rangkaian seri dengan digunakan tegangan 9volt dan hambatan 0,1Ω diketahui bahwa kuat arus yang mengalir 2,5 ampere,tegangan 9volt, pada lampu nyalanya redup pada lampu 1 nyalanya redup dan lampu 2 nyalanya terang dan didapatkan hambatan (R) adalah 2,8Ω. Pada hambatan 0,22Ω, kuat arus yang mengalir 2,4 ampere, tegangan 7 volt, pada lampu 1 nyalanya redup dan lampu 2 nyalanya redup dan hambatan (R) nya ternilai 2,92Ω. Pada hambatan 0,33Ω kuat arus yang diperoleh adalah 28A, tegangan 7volt untuk pada lampu 1 nyalanya redup dan lampu 2 nyalanya redup hambatan(R) bernilai 2,5Ω, pada hambatan 0,5Ωkuat arus ternilai 2,4A tegangan 0,5 volt, pada hambatan 0,5Ω sedangkan nyala lampu 1 nyalanya redup dan lampu 2 nyalanya redup untuk nilai hambatan (R) adalah 2,71Ω. Sedangkan pada 1,0Ω untuk kuat arus bernilai 2,2A sedangkan tegangan sebesar 6 volt dan hambatan (R) sebesar 2,73Ω dan nyala lampu 1 redup dan lampu 2 juga redup untuk jumlah hambatan ‖Ṝ‖ aja adalah 2,73Ω, sedangkan untuk jumlah ∑│Ṛ‒Ṝ│²=0,10. Untuk nilai ralat mutlak (A) adalah 0,10Ω, ralat nisbi sebesar 4%, keseksamaan 96% dan hasil pengamatannya adalah Hp 2=2,83.
Pada rangkaian seri dengan menggunakan tegangan 12 volt degan hambatan 0,1Ω didpatkan kuat arus listrik yang mengalir adalah 2,5A, tegangan 9V pada lampu 1 nyala terang dan lampu kedua terang dan untuk hambatan (R)adalah 3,4 Ω pada hambatan 0,22 Ω, kuat arus yang mangalir 2,8A tegangan 9V pada lampu 1 dan 2 nyala lampu terang dan untuk hambatan Ra, adalah 3,21 Ω lalu pada hambatan 0,33 Ω kuat arus bernilai 2,8A, tegangan 2,5V, sedangkan untuk nyala lampu1 redup dan lampu 2 redup, untuk hambtan (R)adalah 3,04 Ω .pada hambatan 0,5 Ωkuat arus 2,6A dan tegangan 8V dan nyala lampu 1 lebih redup dan lampu 2 redup ,hambatanya 3,08 Ω. Sedangkan pada 1,0 Ω kuat arus 2,5A tegangan 7V dan nyala lampu C lebih redup dan lampu 2 redup sedangkan untuk hambatanya adalah 2,4 Ω. Untuk jumlah hambatan ‖Ṝ‖ adalah 3,07 Ω,sedangkan ∑│Ṛ‒Ṝ│² = 0,75 dan jumlah nilai ralat mutlak 0,29. Ralat nisbi 93%, sedangkan keseksamaan 93% dan untuk hasil pengamatan 2,87 dan 3,27.
Untuk hasil dari pengamatan rangkaian pararel dengan menggunakan 7,5 volt dan hambatan 0,1 Ω adalah kuat arus 4,6A, tegangan 3V untuk pada lampu 1 nylanya lebih redup dan lampu 2 redup sedangkan untuk hambatannya 0,43 Ω pada hambatan 0,22 Ω,kuat arus 4,6A tegangan 2, untuk lampu 1 nyalanya lebih redup dan lampu 2 redup dan nilai hambatannya 0,43 Ω. Pada hambatan 0,33,kuat arus 4,4A tegangan 2V untuk lampu 1 redup dan lampu 2 juga redup nilai hambatan 0,45. Pada hambatan 0,5 Ω kuat arus 4A sedangkan 1 volt.untuk lampu 1 sangat redup dan lampu 2 sangat redup nilai hambatannya 0,29 untuk jumlah hambatan ‖Ṝ‖ adakah 0,41 sedangkan ∑│Ṛ‒Ṝ│²=0,10. Sedangkan untuk nilai ralat mutlaknya 0,10, ralat nisbi 24%, keseksamaan 76% dan untuk hasil pengamatan, Hp1=0,31 dan Hp2=0,51.
Pada rangkaian paralel nenggunakan tegangan 9volt dengan hanbatan 0,1 Ω Didapatkan kuat arus yang mengalir adalah 6A, tegangan 5v, untuk lampu 1 terang 2 untuk nyala lampu 2 lebih terang dan hambatanya sebesar 0,83 Ω.pada hambatan0,22 kuat arus sebesar 6A,tegangan 4V dan nyala lampu 1 terang dan lampu ke 2 lebih terang dan hambatannya bernilai 0,67 Ω.pada hambatan 0,33kuat arus bernilai 5A, tegangan 3V. Nyala lampu 1 terang dan lampu ke 2 lebih terang untuk hambatannya bernilai 0,65 Ω . Pada hambatan 0,5 Ω nilai kuat arus 4,84 Ω tegangan 2V untuk lampu 1 nyalanya redup dan lampu 2 nyala redup untuk nilai hambatannya adalah 0,42 Ω. Sedangkan pada hambatan 1,0 Ω , nilai kuat arus 4,1 Ω tegangan 1V dan untuk nyala lampu 1 dan 2 redup dan nilai hambatannya 0,24 Ω. Untuk jumlah hambatan ‖Ṝ‖ =0,55, ∑│Ṛ‒Ṝ│² =0,21 dan untuk ralat mutlak dan ralat nisbi 18% keseksamaan 82% dan hasil pengamatan Hp1 sebesar 0,45 untuk Hp2 = 0,65.





5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan ini adalah:
1. Hubungan J=¶.F sering di kenal dengan Hukum Ohm
2. Hukum kirchoff 1 berbunyi”jumlah kuat arus yang masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus keluar dari titik percabangan”.
3. Hukum kirchoff 2 berbunyi”dalam rangkaian tertutup jumlah aljabar gel(F) dan jumlah penurunan potensial sama dengan nol”.
4. Alat-alat yang digunakan pratikum ini adalah:power supply,voltmeter,amperemeter,lampu,resistor,kabel,penghubung,penjepit buaya.
5. Pada tegangan 9V pada rangkaian seri pada hambatan (R)=0,1Ω,0,22 Ω,0.33 Ω.0,5 Ω,dan 1,0 Ω dan ralat mutlak 0,22 dan ralat nisbi 79%,keseksamaan 92,1%dan hasl pengamatan Hp1=2,54 dan Hp2=2,98.
6. Pada tegangan 12V pada hambatan (R)= ,1Ω,0,22 Ω,0.33 Ω.0,5 Ω,dan 1,0 Ω dan ralat mutlak 0,60 dan ralat nisbi 22,3%,keseksamaan 92,1%dan hasil pengamatan Hp1=2,36 dan Hp2=3,72.
7. Pada tegangan 7,5V pada rangkaian seri pada hambatan (R)=0,1Ω,0,22 Ω,0.33 Ω.0,5 Ω,dan 1,0 Ω dan ralat mutlak 0,11 dan ralat nisbi 45,8%,keseksamaan 54,2%dan hasl pengamatan Hp1=0,13 dan Hp2=0,35.
8. Pada tegangan 9V pada rangkaian seri pada hambatan (R)=0,1Ω,0,22 Ω,0.33 Ω.0,5 Ω,dan 1,0 Ω dan ralat mutlak 0,045 dan ralat nisbi 8,1%,keseksamaan 9,19%dan hasl pengamatan Hp1=0,505 dan Hp2=0,595.




5.2 Saran
Pada pratikum ini sebaiknya alat-alat lebih modern lagi dan diperbarui lagi kemudain para pratikum sebelumnya melaksanakan pratikum sebaiknya di pelajari dahulu buku panduan pratikumnya.

2 komentar: